PERTAMBAHAN PENDUDUK DAN
LINGKUNGAN PEMUKIMAN
Penduduk adalah warga/orang yang
berada atau tinggal dalam suatu wilayah/lingkungan. Jadi bisa dikatakan
juga bahwa penduduk adalah orang yang berada dalam suatu lingkungan,dimana
penduduk tersebut merupakan suatu individu-individu yang terdiri dari
beragam kehidupan sosial. Lingkungan adalah tempat tinggal
penduduk.jelas pada hal ini hubungan penduduk tidak lepas dengan
lingkungan.Jelaslah bisa dilihat bahwa interaksi antara penduduk dan lingkungan
tidak akan terlepas.Seperti factor-faktor diatas jika pertambahan penduduk
tidak terkontrol maka akan mengakibatkan masalah-masalah sosial.Dampak pada
lingkungan adalah keterbatasan lahan untuk pemukiman penduduk.Selain itu pada
suatu lingkungan tertentu terdapat pengrusakan lingkungan dan prasarana
pemukiman yang tidak teratur.masalah-masalah seperti ini biasanya terdapat
dikota-kota besar,yang mana lahan-lahan yang kosong sering dialih fungsikan
menjadi pemukiman penduduk.Akibatnya tata kota menjadi tidak teratur yang
mengakibatkan adanya:banjir,penyakit,dll.
Pertambahan penduduk adalah dimana
di suatu tempat atau wilayah yang semakin banyak angka pertambahannya
penduduk karena angka kelahiran pada suatu wilayah tersebut,maupun berkurangnya
atau angka kematian disuatu daerah tersebut dikarenakan penyakit atau suatu
keadaan tertentu. Pertumbuhan atau pertambahan jumlah penduduk dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain tingkat kelahiran dan urbanisasi. Kedua faktor
ini yang kemudian menjadi salah satu penyebab tidak seimbangnya laju
pertumbuhan ekonomi dan sosial, ketidakseimbangan tersebut dapat terjadi
apabila angka laju pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah tidak seimbang
dengan angka laju pertumbuhan ekonomi dan sosial pada wilayah tersebut. Selain
itu, masih adanya disparitas pembangunan antara daerah perkotaan dan perdesaan
yang juga merupakan salah satu penyebab terjadinya arus migrasi dari satu
wilayah yang lain.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa laju pertumbuhan
penduduk Indonesia selama periode 2000-2010 lebih tinggi dibanding periode
1990-2000. Laju pertumbuhan penduduk 2000-2010 mencapai 1,49 persen atau lebih
tinggi dibanding periode 1990-2000 yang hanya mencapai 1,45 persen, sesuai
dengan hasil sensus tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,56 juta
orang. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pangan 237,56 juta orang dibutuhkan
lahan produktif untuk tanaman padi seluas 13 juta ha, namun saat ini lahan padi
yang diolah seluas 7,7 ha, jika pertambahan penduduk setiap tahunnya sebesar
1,49% atau bahkan melebihi, maka dengan sendirinya akan mendatangkan
masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, kelaparan, kekumuhan kota,
berkurangnya daya dukung lahan dan masalah-masalah sosial lainnya. (Pos kota,
edisi April 2010).
Lingkungan pemukiman adalah tempat
atau dimana semua warga menempati dan menjadikan sebagai
tempat tinggal,tempat usaha atau sebagai sumber usaha dan sebagainya.
Lingkungan pemukinman akan menjadi baik atau lebih buruk tergantung pada
pengelolaan yang menempati wilayah tersebut.
Perkembangan suatu kota yang semakin
pesat dapat memacu juga kepadatan suatu daerah. Hal ini disebabkan karena
beragamnya kebutuhan hidup masyarakat perkotaan dan adanya upaya untuk
memberi kemudahan dalam memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Pertumbuhan
penduduk yang semakin besar sebagai akibat dari perkembangan pada aktivitas
kota dan proses industrialisasi terutama di beberapa kota di Indonesia yang
mengakibatkan banyak berkembangnya kawasan komersial. Berkembangnya suatu kota
pasti akan diikuti oleh pertambahan jumlah penduduk. Salah satu permasalahan
yang muncul seiring dengan perkembangan suatu kota adalah masalah perumahan dan
pemukiman. Menurut Bintarto (Pos Kota edisi Juni, 2012) pemukiman menempati
areal paling luas dalam pemanfaatan ruang, mengalami perkembangan yang selaras
dengan perkembangan penduduk dan mempunyai pola-pola tertentu yang menciptakan
bentuk dan struktur suatu kota yang berbeda dengan kota lainnya. Perkembangan
permukiman pada bagian-bagian kota tidaklah sama, tergantung pada karakteristik
kehidupan musyarakat, potensial sumber daya kesempatan kerja yang tersedia,
kondisi fisik alami serta fasilitas kota yang terutama berkaitan dengan
infrastruktur. Kemajuan dan perkembangan suatu kota tidak terlepas dari pembentuk
kota. Pembentuk tersebut meliputi sosial budaya, ekonomi, pemukiman,
kependudukan, sarana dan prasarana serta transportasi.
Faktor Penyebab Tumbuhnya Permukiman Kumuh
Pada dasarnya suatu permukiman kumuh
terdiri dari beberapa aspek penting, yaitu tanah/lahan, rumah/perumahan,
komunitas, sarana dan prasarana dasar, yang terajut dalam suatu sistem sosial,
sistem ekonomi dan budaya baik dalam suatu ekosistem lingkungan permukiman
kumuh itu sendiri atau ekosistem kota. oleh karena itu permukiman kumuh harus
senantiasa dipandang secara utuh dan integral dalam dimensi yang lebih luas.
Beberapa dimensi permukiman kumuh yang menjadi penyebab tumbuhnya permukiman
adalah sebagai berikut:
1. Faktor
Urbanisasi Dan Migrasi Penduduk
Substansi tentang urbanisasi yaitu
proses modernisasi wilayah desa menjadi kota sebagai dampak dari tingkat
keurbanan (kekotaan) dalam suatu wilayah (region) atau negara. Konsekuensinya
adalah terjadi perpindahan penduduk (dengan aktifitas ekonominya) secara
individu atau kelompok yang berasal dari desa menuju kota atau daerah
hinterland lainnya. Hal ini perlu dibedakan dengan pengertian tingkat
pertumbuhan kota (urban growth) yang diartikan sebagai laju (rate) kenaikan
penduduk kota, baik skala mandiri maupun kebersamaan secara nasional.
2. Faktor Lahan
di Perkotaan
Pertumbuhan dan perkembangan kota
yang sangat pesat telah menyebabkan berbagai persoalan serius diantaranya
adalah permasalahan perumahan. Permasalahan perumahan sering disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara penyediaan unit hunian bagi kaum mampu dan kaum tidak
mampu di perkotaan. Di samping itu sebagian kaum tidak mampu tidak menguasai
sumber daya kunci untuk menopang kehidupannya, sehingga kaum tidak mampu ini
hanya mampu tinggal di unit-unit hunian sub standar di permukiman yang tidak layak.
Permasalahan perumahan di atas semakin memberatkan kaum tidak mampu ketika
kebijakan investasi pemanfaatan lahan mengikuti arus mekenisme pasar tanpa
mempertimbangkan secara serius pentingnya keberadaan hunian yang layak bagi
kaum miskin diperkotaan. Investasi pemanfaatan lahan yang salah, semata-mata
berpihak pada kaum mampu pada akhirnya mendorong lingkungan permukiman kaum
tidak mampu yang tidak layak ini terus mengalami penurunan kualitas dan rentan
masalah sosial lainnya
3. Faktor
Prasarana dan Sarana Dasar
Secara umum karakteristik permukiman
kumuh diwarnai juga oleh tidak memadainya kondisi sarana dan prasarana dasar
seperti halnya suplai air bersih, jalan, drainase, jaringan sanitasi, listrik,
sekolah, pusat pelayanan kesehatan, ruang terbuka, pasar dan sebaginya. Bahkan
hampir sebagian besar rumah tangga di lingkungan permukiman kumuh ini mampunyai
akses yang sangat terbatas terhadap pelayanan sarana dan prasarana dasar
tersebut. Rendahnya kemampuan pelayanan sarana dan prasarana dasar ini pada
umumnya disebabkan kemampuan pemerintah yang sangat terbatas dalam pengadaan
serta pengelolaan sarana dan prasarana lingkungan permukiman, kemampuan dan
kapasitas serta kesadaran masyarakat juga terbatas pula. Bahkan juga disebabkan
pula oleh terbatasnya peran berbagai lembaga maupun individu atau pihak di luar
pemerintah, baik secara profesional atau sukarela dalam peningkatan
permasalahan sarana dan prasarana dasar
4. Faktor Sosial
Ekonomi
Pada umumnya sebagian besar penghuni
lingkungan permukiman kumuh mempunyai tingkat pendapatan yang rendah karena
terbatasnya akses terhadap lapangan kerja yang ada. Tingkat pendapatan yang
rendah ini menyebabkan tingkat daya beli yang rendah pula atau terbatasnya
kemampuan untuk mengakses pelayanan sarana dan prasarana dasar.
Di sisi lain, pada kenyataannya
penghuni lingkungan permukiman kumuh yang sebagian besar berpenghasilan rendah
itu memiliki potensi berupa tenaga kerja kota yang memberikan konstribusi
sangat signifikan terhadap kegiatan perekonomian suatu kota. aktivitas ekonomi
di sektor informal terbukti telah memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap berlangsungnya kehidupan produksi melalui sektor informal.
Dengan demikian tingkat pendapatan penghuni lingkungan permukiman kumuh yang
rendah ini merupakan permasalahan yang serius keberlangsungan produtivitas
suatu kota. Permasalahan sosial ekonomi merupakan salah satu pendorong
meningkatnya arus urbanisasi dari desa ke kota, dari daerah pinggiran ke pusat
kegiatan ekonomi sehingga menumbuhkan lingkungan permukiman kumuh baru. Ketidakmampuan
ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah juga menjadi faktor penyebab
munculnya permukiman kumuh di daerah perkotaan maupun di daerah pesisir.
Keterbatasan penghasilan akibat dari semakin sulintya mencari pekerjaan
didaerah perkotaan membuat masyarakat yang berada di garis kemiskinan semakin
kesulitan untuk menyediakan perumahan yang layak huni bagi mereka sendiri.
5. Faktor
Sosial Budaya
Permukiman kumuh juga sering ditandai
oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah. Pada umumnya
tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah ini sangat erat dengan
rendahnya tingkat pedapatan penduduk sehingga mambatasi akses terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
6. Faktor
Tata Ruang
Dalam konstelasi tata ruang kota,
permukiman kumuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsfigurasi
struktur ruang kota. oleh karena itu, perencanaan tata ruang kota perlu
didasarkan pada pemahaman bahwa pengembangan kota harus dilakukan sesuai dengan
daya dukunya termasuk daya dukung yang relatif rendah di lingkungan permukiman
kumuh.
Investasi yang salah terhadap pemanfaatan ruang kota akan menimbulkan dampak
yang merusak lingkungan serta berpotensi mendorong tumbuhkembangnya lingkungan
permukiman kumuh atau kantong-kantong lingkungan permukiman kumuh baru, bahkan
bisa jadi akan menghapus lingkungan permukiman lama atau kampung-kampung kota
yang mempunyai nilai warisan budaya tinggi yang kebetulan pada saat itu
lingkungan telah mengalami kemerosotan atau memburuk.
7. Faktor
Aksesibilitas
Secara umum, salah satu penyebab
munculnya permukiman kumuh adalah terbatasnya akses penduduk miskin kepada
kapital komunitas (community capital). Kapital komunitas ini meliputi kapital
terbangun, individu dan sosial serta lingkungan alam.
Kapital terbangun meliputi
informasi, jalan, sanitasi, drainase, jaringan listrik, ruang terbuka,
perumahan, pasar, bangunan-bangunan pelayanan publik, sekolah dan sebagianya.
Kapital individu, antara lain meliputi pendidikan, kesehatan kemampuan dan
keterampilan. Kapital sosial, antara lain meliputi koneksitas dalam suatu
komunitas-cara manusia berinteraksi dan berhubungan dengan lainnya. Dalam skala
lebih luas, sekelompok manusia membentuk organisasi, baik organisasi sukarela,
bisnis melalui perusahaan maupun pemerintah dan sebagainya, termasuk berbagai
sistem sosial yang ada, termasuk kebijakan pembangunan kota.
Sedangkan kapital lingkungan alam
meliputi sumber daya alam, pelayanan ekosistem dan estetika alam. Sumber daya
alam adalah apa saja yang diambil dari alam sebagai bagian dari bahan dasar
yang dipakai untuk proses produksi. Pelayanan ekosistem antara lain berupa
kemampuan tanah untuk budidaya tanaman yang bisa memberikan bahan makanan,
bahan untuk pakaian dan sebagainya.
8. Faktor
Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu
faktor penentu dalam hal pencapaian pekerjaan dan pendapatan. Meskipun begitu,
pendidikan sangat ditentukan oleh pendidikan itu sendiri dan pekerjaan orang
tua untuk mampu menyekolahkan anak mereka pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Hal ini berarti perbedaan latar belakang budaya dan sosial ekonomi
(pendidikan dan pekerjaan) orang tua tidak hanya berpengaruh terhadap
pendidikan anak. tetapi juga untuk pencapaian pekerjaan dan pendapatan mereka.
Sedangkan faktor lain seperti : tempat tinggal, agama, status perkawinan dan
status migrasi, serta umur sangat kecil pengaruhnya terhadap pencapaian
pekerjaan dan pendapatan.
MASALAH
Jika adanya peningkatan jumlah
penduduk akan menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan sosial-ekonomi, juga
peningkatan kebutuhan pelayanan, dan akan terjadi peningkatan prasarana. Maka
dengan semakin banyaknya jumlah penduduk yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah yang sama dan melakukan kegiatan yang sama pula akan menimbulkan suatu
masalah. Keadaan ini sangat kelihatan dari kondisi kepadatan pemukiman tersebut
dimana tampak terjadi meningkatnya ketersediaan infrastruktur.
OPINI
Pertambahan penduduk hanya pada satu
kota jika tidak diatasi akan mengakibatkan menumpuknya jumlah penduduk yang
tidak merata. Hal tersebut akan berhubungan dengan lingkungan pemukiman, karena
jika terjadinya penumpukan penduduk hanya pada satu kota saja ini akan
menimbulnya jumlah penduduk yang semakin padat dan terutama pada tempat tinggal
pemukiman. Pemukiman yang ditempati oleh banyaknya penduduk pada satu kota ,
atau daerah tertentu ini akan menimbulkan masalah terutama pada
lingkungan. Maka Peran infrastruktur dalam pengembangan perumahan
dan permukiman dinilai sangat penting, karena infrastruktur merupakan syarat mutlak
bagi terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan. Persoalan infrastruktur tersebut timbul karena bertambahnya
penduduk pemukiman, peningkatan pendapatan, peningkatan pemilikan kendaraan dan
dibangunnya fasilitas di kawasan komersial di sekitar kota.. Dampak
yang sangat pasti terjadi adalah meningkatnya kebutuhan infrastruktur, yang
kemudian karena kejenuhannya menimbulkan tidak optimalnya pelayanan sarana dan
prasarana . Untuk menciptakan suatu lingkungan pemukiman yang baik maka
diperlukan infratruktur pemukiman dan fasilitas umum pemukiman. Adapun yang
dimaksud dengan infrastruktur pemukiman ialah jalan lokal, saluran drainase,
pengadaan air bersih, pembuangan air kotor, persampahan, listrik dan
telepon.
Oleh karena itu pentingnya
usaha-usaha perencanaan infrastruktur yang harus dilakukan sedini mungkin.
Dalam hal ini penelitian akan diarahkan mencari hubungan antara kepadatan
pemukiman dengan ketersediaan infrastruktur dengan mengambil kasus di kawasan
pemukiman yang mewakili kepadatan rendah, sedang, dan tinggi. Sampai saat ini
belum ada penelitian yang mengambil topik tersebut. Apabila hal ini tidak
diperhatikan dan ditangani secara khusus maka akan mengakibatkan tingkat
pelayanan menjadi rendah dan menimbulkan ketidaknyamanan.