Selasa, 08 Desember 2015

Pengemis dan Gelandangan jangan di Pelihara

Pengemis dan Gelandangan jangan di Pelihara
(analisis Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat)


Pengemis merupakan salah satu masalah sosial yang belum teratasi dengan baik sampai saat ini. Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah telah berupaya mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengurangi angka gelandangan dan pengemis. Namun ironisnya jumlah gelandangan dan pengemis sering mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan untuk di kota-kota besar, jumlah gelandangan dan pengemis biasanya bertambah pasca hari raya sehingga usaha pemerintah tidak akan pernah ada habisnya untuk mengurangi jumlah gelandangan dan pengemis khususnya di perkotaan.
Kebanyakan dari mereka sudah terorganisir, artinya para pengemis tersebut biasanya pagi hari diantar menggunakan kendaraan. Kemudian pada malam harinya dijemput lagi untuk diantar pulang. Titik penyebarannya pun beragam. Kita bisa menemukan pengemis di lampu merah, pintu masuk masjid raya, stasiun kereta, tempat wisata umum, dan lain sebagainya. Banyak dari mereka tergiur akan penghasilan sebagai pengemis karena dalam sehari pun pengemis bisa merauk uang kurang lebih hingga Rp 300 rupiah,  jika dibandingkan dengan gaji karyawan bahkan lebih tinggi pendapatan dari pengemis.
Permasalahan sosial gelandanagan dan pengemis merupakan akumulasi dan interaksi dari berbagai permasalahan seperti hal hal kemiskinan, pendidikan rendak, minimnya keterampilan kerja yang di miliki,lingkungan, sosial budaya, kesehatan dan lain sebagaianya. Adapun gambaran permasalahan tersebut dapat di uraikan sebagai berikut :
Masalah kemiskinan.
kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal dan menjangkau pelayanan umum sehingga tidak dapat Mengembangkan kehidupan pribadi maupun keluarga secara layak.
Masalah Pendidikan
Pada umumnya tingkat pendidikan gelandangan dan pengemis relatif rendah sehingga menjadi kendala untuk memperleh pekerjaan yang layak
Masalah keterampilan kerja
Pada umumnya gelandangan dan pengemis tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja.
Masalah sosial budaya
Ada beberapa faktor sosial budaya yang menagkibatkan seseorang menjadi gelandangan dan pengemis.
a. Rendahnya harga diri, Rendahnya harga diri kepada sekelompok orang, mengakibatkan tidak dimiliki rasa malu untuk minta minta.
b. Sikap pasrah pada nasib, Mareka manggap bahwa kemiskinan adalah kondisi mereka sebagai gelandangan dan pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk melakuan perubahan.
c. Kebebasan dan kesenangan hidup mengelandang , Ada kenikmatan tersendiri bagi orang yang hidup mengelandang
Dengan adanya para gelandangan dan pengemis yang berda di tempat tempat umum akan menimbulkan banyak sekali masalah sosial di tengah kehidupan bermasyarakat di antaranya:
Masalah lingkungan (tata ruang), Gelandangan dan pengemis pada umumnya tidak memiliki tempat tinggal tetap, tinggal di wilayah yang sebanarnya dilarang dijadika tepat tinggal, seperti : taman taman, bawah jembatan dan pingiran kali. Oleh karna itu mereka di kota besar sangat mengangu ketertiban umum, ketenangan masyrakat dan kebersihan serta keindahan kota.
Masalah kependudukan , Gelandangan dan pengemis yang hidupnya berkeliaran di jalan jalan dan tempat umum, kebnayakan tidak memiliki kartu identitas (KTP/KK) yang tercatat di kelurahan (RT/RW) setempat dan sebagian besar dari mereka hidup bersama sebagai suami istri tampa ikatan perkawinan yang sah.
Masalah keaman dan ketertiban, Maraknya gelandangan dan pengemis di suatu wilayah dapat menimbulkan kerawanan sosial mengagu keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut.
Masalah kriminal litas, Memang tak dapat kita sangal banyak sekali faktor penyebab dari kriminal litas ini di lakuakan oleh para gelandangan dan pengemis di tempat keramaian mulai dari pencurian kekerasan hingga samapi pelecehan seksual ini kerap sekali terjadi.
Banyak upaya yang harus dilakukan guna menurunkan tingkat pengemis dan gelandang di perkotaan, misalnya :
Pertama, untuk meminimalisir berkembangnya pengemis, pemerintah seharusnya menjaring koordinator para pengemis jalanan tersebut. Karena mereka lah yang bertanggung jawab dalam mengirim orang-orang untuk mengemis. Jika koordinator-koordinator ini bisa dijaring, maka  masalah pengemis di perkotaan akan menurun.
Kedua, setelah menjaring koordinator pengemis pun masih ada kemungkinan bertambahnya pengemis. Karena faktor ekonomi(Kemiskinan, pengangguran). Maka untuk mengatasi hal tersebut. Dinas social bisa meminimalisir dengan menambahkan jumlah lapangan kerja. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah minimnya jumlah lapangan kerja sehingga banyak yang menganggur.

Ketiga, bagi keluarga-keluarga yang berpendapatan rendah sehingga tidak mampu untuk bertempat tinggal yang layak, pemerintah dapat menyediakan suatu kompleks rumah tinggal milik Negara atau apartemen-apartemen milik Negara yang dapat dipergunakan oleh keluarga tersebut secara gratis dalam kurun waktu tertentu sampai mereka dirasa akan mampu untuk mendapatkan pendapatan yang layak untuk tinggal di rumah atau apartemen sewaan yang murah tetapi sehat dan layak huni. Dengan menempatkan keluarga-keluarga yang kurang beruntung dalam hal materi tersebut dalam suatu kompleks bersama, maka pengawasan dengan mudah dapat dilakukan.

Keempat, bagi para pengemis dan gelandangan. Para pengemis yang memang mengemis karena berada dalam kondisi kekurangan, maka pemerintah dapat menempatkan mereka dalam rumah atau apartemen milik Negara tersebut, sambil mereka mendapatkan pembinaan untuk mampu bekerja untuk dapat mempunyai kehidupan yang layak bagi dirinya atau keluarganya. Bahkan bagi mereka yang bersedia, pemerintah dapat mengirim mereka sebagai warga transmigrasi agar mempunyai pendapatan yang cukup bagi keluarganya. Sementara bagi mereka yang mengemis karena menjadikan mengemis sebagai pekerjaan dan sebenarnya mereka adalah orang-orang yang kaya, penulis kira pemerintah harus berani memberikan hukuman pidana bagi mereka karena telah melanggar undang-undang kesejahteraan masyarakat.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar